http://weheartit.com/entry/76062932 |
Kupikir
dengan diam, semuanya bisa kutahan sendiri.
Kupikir dengan bungkam, segalanya bisa
ditoleransi.
Kupikir
dengan sedikit mengeluh, ada sedikit dari banyak kata-kata yang bisa saling
ditukar.
Sayangnya?
Sayangnya
semua selalu kurang.
Sayangnya
Aku malah jadi orang lain.
Sayangnya
Aku malah ditempeli label arogan.
Sayangnya Aku selalu salah bicara.
Lucu.
Kenapa?
Aku 100% berpikir pendapatnya kali ini offensif.
Kedengarannya
seperti menyalahkan orang lain dan keadaan.
Ini membingungkan.
Dimana letak
‘menyalahkan orang lain dan keadaan?’
Ada kejujuran yang sama sekali tidak ingin
diakui. Tidak ingin kuakui.
Perempuan itu menyilangkan kedua tangannya di
dada.
Kebanyakan
manusia tidak mendengar kata-katanya sendiri. Mereka mendengar apa yang memang
ingin mereka dengar.
Aku
menghela napas. Kebiasaan bodoh.
Jelas
sekali terlihat aku sedang membangun pertahanan yang entah apa fungsinya.
Mereka melihat apa
yang ingin mereka lihat.
Perempuan
itu mengukur air mukaku terhadap kata-katanya.
Dengarkan kalimat
pasif yang seringnya, menjadi pilihanmu berkata-kata. Pilihanmu berbicara.
Dirimu sendiri yang
terlalu takut menjadi orang pertama.
Dirimu sendiri yang
tidak menemukan keberanian untuk mengubah apa yang menurutmu salah.
Lagi-lagi
aku ditelanjangi. Habis-habisan.
Note: Percakapan sederhana antara 2 karakter yang kebetulan disebut perempuan.