Oktober 10, 2013

Mungkin bertemu



Objeknya Aku. 
Kata kerjanya Kejar. 
Lalu subjeknya? Kebebasan.


Mungkin ribuan hari dari sekarang, kita tidak akan pernah bertemu.
Menertawai diri kita yang dulu dan sama-sama mengakui kebodohan-kebodohan di masa lalu.

Mungkin kamu tidak akan lagi menemukanku berdiri diam diantara rak-rak buku. 
Tenggelam dalam kertas cerita pilihanku sendiri.

Mungkin kamu tidak akan lagi menemukanku duduk manis disebelah kaca jendela. 
Hanyut bersama bola-bola kapas iregular bernama awan.

Mungkin kamu tidak akan lagi menemukanku menatap sendu rintik hujan 
dan terbawa suasana alunan lagu-lagu yg kupilih sendiri.

....atau mungkin kita akan tetap bertemu.

Dengan perbandingan 1:1000, kamu akan menemukanku diam membisu. 
Mabuk dengan segala penyesalan akan kelalaian masa mudaku.
Termangu disudut-sudut kafe tua, 
terbawa kepulan asap putih tiap cangkir Americano...

Membeku bersama dinginnya kursi besi keropos di sebuah halte bobrok.

Atau kamu... bisa menemukanku dalam keadaan yg lebih mengenaskan. 
Baju hijau, bau desinfektan....

Kamu menemukanku hidup sambil memandang Kebebasan yang semakin menjauh. 
Tersiksa tapi tak mampu bergerak.

Kamu mungkin akan menemukanku dengan jiwa yang sudah membiru. 

Itu... 
Kalau aku cukup beruntung untuk bisa bertemu denganmu.


- dev



credits: http://tinyurl.com/ph4eyed

Agustus 17, 2013

Menghidu rindu



Perempuan ini sedang menghidu aroma rindu.
Hitam dan pekat.
Begitu memikat namun juga mengikat.

Perempuan ini sedang menguntai nada.
Ritmis dan harmonis.
Melodi berisi nama dan deskripsi tentang Dia.

Perempuan ini sedang bertahan.
Dari hasratnya yang menggelegak.
Dari kewarasannya sendiri yang perlahan berkhianat.

Perempuan ini sedang menghidu aroma rindu.
Pada lenguhan angin dan saksi bisu Ia bertanya,
Dimana Dia yang feromon dan gelak tawanya tertinggal disana?

-dev


Agustus 16, 2013

Habis, terkikis.


butterflies
Kupu-kupu dalam buaian
Satu persatu beterbangan dari genggaman

Habis
Perasaan itu habis
Terkikis

Menyisakan rongga
Antara jemari yang tidak lagi berdetak
Antara muak yang gerilyanya tak bisa ditebak
Antara apatisme yang tak bisa ditolak

****

Maaf, kupu-kupu adrenalin yang seharusnya beterbangan dalam perutku mulai menghilang.
Satu per satu terbang dan tak kembali.
Maaf, karena genggaman tanganmu tak lagi bermakna sama seperti dulu.
Hangat, tapi tak lagi bereaksi sama pada nadi dalam jari-jemariku.
Aku muak pada aku yang tak lagi peduli.
Pada aku yang bertahan berjalan bersisian denganmu tanpa benar-benar mengimbangi jejak kakimu.
Maaf.
- dev


x