Oktober 27, 2014

Memorabilia


Bukan cuma omong kosong ketika kita bicara.
Harapan-harapan sudah jauh ditinggikan bersama.
Tapi “kita” cuma jadi kata benda.
Ada tangan-tangan lain yang jadi arsiteknya.

“Jadi harus bagaimana?” Suatu ketika Kamu bertanya.
Pertanyaanmu klise, sayang.
Bukan lagi puluhan kali Aku berbisik pada angin,
menunggu.
Kosong.

Dengan Kamu, Aku lupa bagaimana caranya menjadi salah.
Dengan Kamu, Aku lupa bagaimana caranya terluka.
Dengan Kamu, segalanya jadi terbolak-balik.
Dengan Kamu, segalanya jadi subjektif, tanpa batas, blur.

Seandainya bahagia hanya tentang bagaimana kita kehilangan arah bersama,
bukankah segalanya jadi lebih sederhana?

Memorabilia.
Kamu,
Kita.
 
Untuk Kamu, Pram.

Terimakasih.