Desember 16, 2015

Deklarasi indranila

Semalaman diterkam kecemasan yang dibuat sendiri. Seperti kertas daur ulang yang dicabik-cabik. Serat-seratnya saling tarik-menarik dan memburai pada akhirnya.

Ada emosi yang sesungguhnya ingin dinyatakan. Tapi seperti orang pandir, terlalu arogan untuk merasa kalah. 
Seperti ombak. Sebesar apapun gelombangnya, tibanya cuma gemericik kecil di ujung pasir. Lalu jadi buih.

Ada harapan yang tanpa sadar digenggam sendiri. Seperti menggenggam arang. Pada akhirnya ia hanya jadi tumpukan abu hitam di telapak tangan yang terbakar.

Bahagia cuma jadi noda. 
Seperti omong kosong dari cat semprot hijau tua kebiruan pada dinding toko.

Aksara tanpa gema. Aksara warna tanpa suara.

Tidak berarti maknanya selain deklarasi semata.



credit: http://weheartit.com/entry/166797534/via/_Cookie_Monster_404

Tidak ada komentar:

Posting Komentar